Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sejarah

Sejarah Pos Ronda, dari Masa Keraton Jawa hingga Sekarang

  Info Peduli Jepara Bagi para bapak-bapak, pos ronda pasti sudah tidak asing lagi dan menjadi tempat berkumpul masyarakat sekitar hingga menjadi tempat saling bertukar pikiran. Sejatinya, pos ronda memanglah tempat para warga berkumpul untuk menjaga keamanan suatu daerah. Tentunya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, kenangan hanya sebatas angin berlalu. Banyak dari kita yang melupakan tempat ini. Lupa memerhatikan keberadaannya, seolah ditelan bumi. Beberapa di antara kita mungkin juga sudah mengabaikan keberadaannya. Padahal, keberadaan pos ronda sangatlah bermanfaat. Sepanjang berdirinya bangunan pos ronda, terbentang panjang sejarah Indonesia. Mulai dari masa keraton Jawa, kolonialisme Eropa, penjajahan Belanda, hingga sekarang. Masa Keraton Jawa: Menunjukkan Kekuasaan Raja Pada mulanya, pos ronda tidak berfungsi seperti sekarang, yaitu sebagai benteng pertahanan teritorial suatu daerah. Mengutip buku Penjaga Memori: Gardu di Perk...

Alasan Tidak Digunakannya Huruf C pada Plat Kendaraan Bermotor di Indonesia

  Info Peduli Jepara Setiap kendaraan bermotor Indonesia selalu memiliki kode wilayah yang diwakili oleh simbol-simbol. Simbol ini bisa dilihat dari penggunaan huruf di depan plat Nomor Tanda Kendaraan Bermotor (TNKB). Pelat nomor adalah kelengkapan yang wajib dimiliki setiap kendaraan bermotor. Dalam pelat nomor tercantum nomor polisi yang merupakan kombinasi huruf dan angka pada nomor polisi. Kombinasi tersebut terdiri dari satu atau dua huruf di depan, satu hingga empat angka di tengah, dan satu hingga tiga huruf di belakang. Huruf awal dalam kombinasi nomor polisi menandakan kode wilayah kendaraan bermotor, yang ditunjukkan mulai huruf A sampai Z. Sebagai contoh plat motor dengan huruf A di depannya, berarti motor itu berasal dari daerah sekrasidenan Banten. Huruf B untuk Jabodetabek, dan D untuk Kabupaten Bandung, dan lain sebagainya sampai Z. Tapi mengapa tidak ada huruf C dalam pengkodean wilayah plat kendaraan bermotor? Pada sejarahnya penggunaan kode wilayah ...

Awal Mula Kehadiran Tembakau, Si 'Emas Hijau' Indonesia

  Info Peduli Jepara Indonesia memiliki hamparan tanah yang luas nan subur. Hal itu dilengkapi dengan banyaknya jenis tanaman yang tumbuh, karena alam Indonesia adalah alam tropis. Salah satu tanaman yang tumbuh di wilayah Indonesia adalah tembakau. Memiliki nama latin Nicotiana tabacum, diduga tanaman ini berasal dari Amerika Selatan atau Amerika Utara. Setelah konsumsi tembakau menjadi gaya hidup masyarakat di Eropa, kira-kira pada awal abad ke-17, tembakau dibawa masuk ke Indonesia oleh para kolonialisme barat. Terdapat beberapa literatur yang menyatakan bahwa kolonialisme barat itu terdiri dari bangsa Spanyol, Portugis, dan Belanda. Kemungkinan, mereka menjadi pihak yang terlibat membawa tembakau ke Indonesia. Kendati demikian, secara etimologi, istilah tembakau sendiri berasal dari bahasa Spanyol, yaitu “tabaco”. Dikutp dari laman P2PTM Kemkes pada tahun 2018, dituliskan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam setela...

Asal-Usul Desa Banyuputih dan Sejarah Perkembangan Islam

  Info Peduli Jepara              Asal mula desa Banyuputih tak lepas dari dua tokoh kakak beradik Mbah Golo dan Mbah Gito. Pada suatu ketika Mbah Golo dan Mbah Gito mencari kayu bakar dibawah kemarau yang sangat panas, mbah Golo kehausan lalu Mbah Golo menyuruh adiknya Mbah Gito untuk mencari air minum. Mbah Gito mencari air kepenjuru hutan hingga beberapa jam tidak ditemukan, tiba-tiba Mbah Gito menemukan sumber air berwarna putih seperti susu, bukan putih bening. Kemudian diambil dengan daun talas lalu dibawa dan diberikan kepada kakaknya yakni Mbah Gito. Ketika Mbah Gito disodori air minum yang berwarna putih seperti susu dia marah karena air minum itu menurutnya adalah kotor, saking marahnya daun talas itu diinjak-injak kemudian dikampak oleh Mbah Golo dan keajaiban terjadi ketika daun talas tadi dikampak ternyata tidak mempan sehingga Mbah Golo tercengang kemudian bertanya kepada adiknya Mbah Gito, ”Gito apakah kam...

Jati Jawa dalam Catatan Kaki Sejarah

  Info Peduli Jepara Obama membawa keluarga berlibur ke Bali dan Yogyakarta, serta berencana singgah di Jakarta. Mestinya sowan kepada presiden kita dalam beberapa hari ke muka ya? Mungkin, sebagaimana di era SBY, Obama akan diterima Presiden Jokowi di ruang Jepara. Déjà vu. Mengapa ruang penerimaan tamu kenegaraan ini disebut ruang Jepara? Dalam hal ini, ada andil Ibu Tien yang —sebagai ibu negara— mendesain interior ruang agar kuat berkesan asli Indonesia. Pilihannya jatuh pada perangkat meja-kursi dan ragam hias kayu jati ukiran Jepara. Nuansa serupa kurang lebih hadir di pojok-pojok lainnya di istana sebelum dikembalikan ke desain klasik Eropa di zaman Megawati, kecuali di ruang Jepara.  Namun, bukan ruang istana ini sungguh yang menjadi fokus tulisan, melainkan hal-hal unik berkaitan dengan keberadaan jati (Tectona grandis sp.). Berdasarkan kehalusan tekstur dan keindahan warnanya, kita mengenal jati termasuk jenis kayu mewah. Kayu jati pun diketahui san...

Masjid Sunan Muria, Situs Bersejarah di Atas Ketinggian 1.600 Meter

  Info Peduli Jepara Salah satu situs bersejarah yang ada di Gunung Muria, selain makam Sunan Muria adalah Masjid Sunan Muria yang dibangun oleh Sunan Muria sebagai sarana untuk berdakwah beliau di sekitar lereng Gunung Muria. Masjid ini berada di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus. Masjid ini terletak dipuncak Gunung Muria atau sebelah timur makam Sunan Muria. Tidak banyak sumber yang menjelaskan tentang kapan Sunan Muria yang bernama asli Raden Umar Said ini lahir dan membangun masjidnya tersebut, karena di antara para Walisongo. Sunan Muria adalah wali yang paling sedikit penjelesan biografinya dalam catatan sejarah. Masjid ini diperkirakan dibangun pada masa hidup Sunan Muria yaitu sekira abad ke-15 hingga 16. Masjid menjadi simbol dakwah Sunan Muria di lereng Gunung Muria, dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat sekitar yang pada waktu itu banyak yang memeluk Hindu dan Budha. Pemilihan Gunung Muria sendiri disebut sebagai salah satu bagian dari identitas dan sifat Sunan...

Kegigihan Ratu Kalinyamat Melawan Ketidakadilan

  Info Peduli Jepara Rainha de Japara, senhora poderosa e rica (Ratu Jepara, perempuan kaya dan punya kekuasaan besar). Demikian seorang Portugis, Diego de Couto, menggambarkan sosok Ratu Kalinyamat. Nama aslinya Retna Kencana. Sebutan sebagai Ratu Kalinyamat disematkan padanya setelah menikah dengan Pangeran Kalinyamat atau Sultan Hadiri. Mengenai sosok Pangeran Kalinyamat, dia adalah Pangeran Toyib, putra Sultan Munghayat Syah, Sultan Aceh pada 1496-1528. Pangeran Toyib berkelana ke Tiongkok, dan diangkat anak oleh Tjie Hwio Gwan, dengan nama angkatnya Tjie Bin Tang yang dalam ejaan Jawa menjadi Win-tang. Diceritakan bahwa Win-tang dan ayah angkatnya pindah ke Jawa. Di tempat barunya, Win-tang berhasil mendirikan wilayah Kalinyamat, sehingga dia pun dikenal sebagai Pangeran Kalinyamat. Babad Tanah Jawi versi W.L. Olthof mengabarkan bahwa Ratu Kalinyamat adalah keturunan dari Sri Sultan Demak, yaitu Sultan Trenggana, yang memiliki enam anak. Anak pertama, perempu...

Masjid Mantingan, Bukti Warisan Pejuangan Perempuan

  Info Peduli Jepara Masjid Mantingan letaknya 5 KM ke arah selatan dari kota Jepara, terletak di desa Mantingan, Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara. Masjid ini didirikan tahun 1481 Saka atau tahun 1559 M atau 966 H. Tahun tersebut berdasarkan petunjuk dari condro sengkolo yang terukir pada mihrab Masjid Mantingan berbunyi rupo brahmana wanasari. Menurut HJ Degraaf dan TH Pigeaud tahun 1559 adalah periode setelah meninggalnya Pangeran Prawata dan Ki Kalinyamat (Sunan Mantingan), termasuk periode kekuasaan Ratu Kalinyamat di Jepara. Pangeran Hadirin atau Ki Kalinyamat ini meninggal tahun 1549. Masjid ini memiliki fungsi untuk menyebarkan Islam dan pertahanan spiritual rakyat kraton Jepara yang diperintah Ratu Kalinyamat, untuk memperkokoh kraton Jepara saat itu. Dari Mantingan ini pula, pusat ukir-ukiran mula-mula diajarkan yang sekarang menjadi tradisi ukir di Jepara, dengan pengajarnya patih Jepara sendiri, seorang China dengan gelar Patih Sungging Bandar Duwung. “S...

Asal-Usul Nama Kabupaten Jepara

  Info Peduli Jepara Ratu Kalinyamat, kemasyhurannya bergema dan terekam dalam kitab-kitab bangsa seberang. Penulis berkebangsaan Portugis Diego De Conto menjuluki Sang Ratu sebagai “Rainha de Jepara senhora Poderosa e rice”. Artinya kira-kira “Ratu Jepara yang gagah, berani dan berkuasa”. Ratu Kalinyamat adalah tokoh wanita Indonesia yang penting peranannya pada abad ke-16. Ia menjadi tokoh sentral yang menentukan dalam pengambilan berbagai keputusan. Selama 30 tahun berkuasa, dia telah berhasil membawa Jepara pada puncak kejayaannya. Sejak terjadinya konflik perebutan tahta di Demak, tokoh historis legendaris ini muncul dalam panggung sejarah Indonesia, khususnya sejarah Jawa. Popularitasnya jauh melebihi Sultan Prawata Raja Demak ke empat. Kiprah Sang Ratu dalam menghadapi Portugis misalnya, memberikan pelajaran tersendiri bagi bangsa ini akan arti persatuan dan kesatuan. Meski kala itu Pancasila belum lahir sebagai lambang negara, Bhinneka Tunggal Ika pun belum muncul, namu...

Memaknai “Topo Wudo” Ratu Kalinyamat

  Info Peduli Jepara Nimas Ratu Kalinyamat, Tilar pura mertapa aneng wukir, Tapa wuda sinjang rambut, Aneng wukir Donorojo, Aprasapa nora tapi-tapian ingsun, Yen tan antuk adiling Hyang, Patine sedulur mami (Masya, 1991: 24)   Tembang Pangkur di atas merupakan kutipan dari penggalan naskah Babad Tanah Jawi yang mengisahkan makna “topo wudo” bertapa tidak mengenakan busana yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat. Jika diterjemahkkan secara bebas kira-kira sebagai berikut.   Nimas Ratu Kalinyamat, Meninggalkan Istana bertapa di Gunung, Bertapa tidak mengenakan busana berkain rambut Bersumpah (tidak) akan sekali-sekali memakai pakaian, Jika tidak memperoleh keadilan Tuhan Permasalahannya adalah benarkah Sang Ratu Jepara ini bertapa tidak mengenakan busana yang di dalam naskah digambarkan tubuhnya hanya ditutupi oleh rambut yang terurai panjang. Kalimat “tapa wuda sinjang rambut” dalam naskah Babad Tanah Jawi ini melahirkan berbagai tafsir di kalangan para ahli ...

Alas Tuwo Yang Angker Itu, Kini Bernama Desa Tulakan Donorojo Jepara

  Info Peduli Jepara Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif dibawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta) atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Pambakal di Kalimantan Selatan, Hukum Tua di Sulawesi Utara. Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah Nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur  disebut dengan istilah Kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai ...

Tiga Pendekar Hebat Dari Jepara

  Info Peduli Jepara Raden Ajeng Kartini ternyata bukan satu-satunya pejuang wanita Jepara. Jauh sebelumnya di kota ukir ini telah lahir sosok wanita-wanita tangguh yang mampu membawa nama Jepara harum Indonesia karena tercatat dalam sejarah. Ketiga wanita itu adalah Ratu Shima yang membawa kejayaan Kerajaan Kalingga, Kedua Ratu Kalinyamat sebagai pendiri kerajaan Maritim terkuat di jaman Kerajaan Mataram dan ketiga adalah Raden Ajeng Kartini tokoh emansipasi yang diakui dunia pada zamannya. Sehingga Presiden RI pertama, Soekarno menobatkan Kartini sebagai pahlawan Nasional. Ratu Shima Berdasarkan bukti sejarah Ratu Shima memerintah kerajaan Kalingga sekitar abad ke-7 M (Soekmono, 1988:37). Ratu wanita ini sangat termashyur, sebagai pemimpin yang dikenal adil, jujur dan tegas, sehingga seluruh rakyat sangat mencintai sekaligus hormat dan segan kepadanya. Salah satu yang paling di ingat oleh masyarakat oleh masyarakat adalah hukuman potong tangan bagi orang yang mencuri. Hukum...