Langsung ke konten utama

Awal Mula Kehadiran Tembakau, Si 'Emas Hijau' Indonesia

 

Info Peduli Jepara

Indonesia memiliki hamparan tanah yang luas nan subur. Hal itu dilengkapi dengan banyaknya jenis tanaman yang tumbuh, karena alam Indonesia adalah alam tropis. Salah satu tanaman yang tumbuh di wilayah Indonesia adalah tembakau.

Memiliki nama latin Nicotiana tabacum, diduga tanaman ini berasal dari Amerika Selatan atau Amerika Utara. Setelah konsumsi tembakau menjadi gaya hidup masyarakat di Eropa, kira-kira pada awal abad ke-17, tembakau dibawa masuk ke Indonesia oleh para kolonialisme barat.

Terdapat beberapa literatur yang menyatakan bahwa kolonialisme barat itu terdiri dari bangsa Spanyol, Portugis, dan Belanda. Kemungkinan, mereka menjadi pihak yang terlibat membawa tembakau ke Indonesia. Kendati demikian, secara etimologi, istilah tembakau sendiri berasal dari bahasa Spanyol, yaitu “tabaco”.

Dikutp dari laman P2PTM Kemkes pada tahun 2018, dituliskan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar keenam setelah Cina, Brazil, India, USA, dan Malawi, dengan jumlah produksi sebesar 136 ribu ton atau sekitar 1,91 persen dari total produksi tembakau dunia.

Adapun tiga provinsi terbesar penghasil tembakau di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Tengah dengan tingkat insidensi mencapai 63,7 persen pada petani pemetik daun tembakau.

Dalam karya monumental berjudul “Nusantara: History of Indonesia (1959)”, sejarawan Belanda Bernard Hubertus Maria Vlekk menyebutkan bahwa tanaman tembakau pertama kali masuk ke Asia melalui orang-orang Spanyol yang singgah di Filipina pada abad ke-16. Dalam laman Tirto.id dituliskan tembakau pun tiba di wilayah nusantara dan mulai ditanam secara menyeluruh pada permulaan tahun 1600-an.

Kendati demikian, popularitas tembakau di Indonesia rupanya tidak membutuhkan waktu yang lama. Pada akhirnya, Kompeni berupaya untuk memonopoli komoditi tembakau di tahun 1626. Pada waktu yang bersamaan, kebiasaan mengisap lintingan tembakau yang disulut ujungnya telah menjadi tradisi di kalangan elit lokal. Kala itu merokok dipandang sebagai alat representasi status sosial.

Berdasarkan catatan duta VOC di Jawa abad ke-17 yang dikumpulkan oleh Amen Budiman dan Onghokham dalam “Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara (1987)”, Kesultanan Mataram adalah lingkungan yang cukup akrab dengan kretek. Oleh beberapa orang utusan VOC, Sultan Agung dan Sunan Amangkurat I dikenal sebagai sosok yang gemar menghisap tembakau dengan menggunakan pipa perak.

Kemudian, memasuki abad ke-19, tembakau berubah menjadi salah satu komoditas unggulan Pemerintah Kolonial Belanda. Hingga akhirnya pemerintah berharap dapat meraup penghasilan besar dengan cara mulai menanam tembakau secara besar-besaran melalui sistem tanam paksa.

Maka dari itu, perkebunan tembakau pun bermunculan secara bertahap dari wilayah ujung timur Pulau Jawa, mulai dari Besuki, Kedu, Cirebon, hingga ke Batavia. Mereka yang memonopoli tumbuhan berdaun lebar ini datang dari berbagai kalangan. Mulai dari pemilik perkebunan Belanda, hingga orang-orang China di sekitara Batavia. Kendati begitu, masyarakat pribumi baru mulai menguasai sektor budidaya dan pengolahan tembakau di akhir abad 19.

Konsumsi Tembakau Di Indonesia

Masyarakat di lereng Sumbing-Sidoro-Prau, sering kali melakukan ritual among tebal. Ritual among tebal adalah satu dari empat ritual masyarakat setempat yang berkaitan dengan tembakau.

Pasalnya among tebal dikenal sebagai upacara menjelang penanaman bibit hari pertama. Ritual ini ditujukan untuk menghormati dan mengenang orang suci yang dipercaya sebagai orang pertama yang memperkenalkan bibit tembakau di daerah itu. Menurut kabar yang beredar, tembakau didapatkan pertama kali oleh Ki Ageng Makukuhan dari Sunan Kudus.

Lantas, istilah “mbako” dalam bahasa Jawa berasal dari ucapan Ki Makukuhan:“Iki tambaku!'', perkataan itu terucap saat ia mengobati orang sakit dan seketika itu juga sembuh. Hingga akhirnya, tembakau dipercayai warga di lereng Sumbing, Sindoro, dan Prau sebagai bibit tembakau pertama yang ditanam di daerah mereka.

Begitu juga dengan di Madura, terdapat cerita rakyat yang mengisahkan sejarah tembakau dan menghubungkannya dengan seorang tokoh bernama Pangeran Katandur. Istilah ‘katandur’ artinya menanam.

Sebutan itu diberikan kepada Habib Ahmad Baidlowi, sosok yang kemudian dikenal menjadi cikal bakal tanaman tembakau dan dikembangkan di pulau garam sejak abad ke-12. Beberapa komunitas masyarakat adat lainnya seperti Sunda Wiwitan Ciptagelar, Bayan (Wetu Telu) meyakini bahwa tanaman tembakau mirip seperti tanaman cengkeh yang berasal dari nusantara.

Itulah sejarah tembakau di Indonesia, si 'emas hijau' bagi para petani tembakau. Bagaimana, Kawan sudah makin tahu Indonesia belum?

Penulis: Ega Krisnawati

Sumber artikel: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/06/03/awal-mula-kehadiran-tembakau-si-emas-hijau-indonesia

 

Komentar