![]() |
Info Peduli Jepara |
Pria 49 tahun lahir di Jepara,
tepatnya Klaten, 01 Januari 1972 dan pernah hidup di Semarang. Di Desa Bandar
Harjo, dimana daerah itu, dekat dengan Pelabuhan Tanjung Mas.
Di sana Budi Gading panggilan
akrabnya, pernah merasakan kerasnya kehidupan di ibu kota Jawa Tengah.
Lingkungan pelabuhan yang cukup keras dan didikan orang tua yang disiplin serta
pengaruh lingkungan. Membentuk karakter pejuang yang tidak pernah mengenal kata
menyerah.
Tetapi sikap menurun dari orang
tuanya yaitu Suryono dan Sumiyem serta kakek neneknya dari daerah Klaten yang
kultur Jawanya cukup kuat. Hal ini mempengaruhi sikap lembut dan rasa
tolong-menolong kepada sesama manusia begitu jelas dalam kehidupan
sehari-harinya.
Terbukti dari banyaknya teman
yang dekat dengan Budi, ada yang ikut bekerja di beberapa perusahaan miliknya.
Hal ini dengan niat membantu teman-temannya agar punya penghasilan.
Disisi lain banyaknya kegiatan
dan organisasi yang diikuti terutama organisasi sosial. Seperti, Lindu Aji,
Paguyuban Logistik Jepara serta Koperasi Pemasaran Hasil Pertanian di Kabupaten
Klaten sebagai dewan pengawasnya.
Koperasi ini yang mempunyai
tujuan mensejahterakan seluruh anggotanya. Di sini semakin membuktikan sosok
Budi sebagai makhluk sosial yang berjiwa sosial tinggi.
Selain itu masih banyak kegiatan
di organisasi lain seperti, Indonesia Bekerja Korwil Jepara, Ketua Lemkari
Jepara, ICSB Jepara dan masih banyak organisasi lainya.
Sebelum itu semua, sekitar dua
puluh empat tahun yang lalu Budi terkena PHK karena ada pengurangan karyawan dari
perusahaan mebel multinasional di Jakarta. Tepatnya sekitar tahun 1997 akibat
adanya krisis moneter di Indonesia.
Hal itu yang menyebabkan dirinya
terdampar di Jepara. Sebelum di Jepara, dia pernah mencoba berjuang di Semarang
sebagai sopir bus. Pada saat itu dia mempunyai masalah dengan kru PO lain yang
menjadikan alasan untuk meninggalkan kota Semarang dan menuju ke Kota Ukir
Jepara.
Jepara saat itu yang terlintas di
benaknya, hal tersebut bukan tanpa alasan. Tetapi karena dia punya pengalaman
kerja di perusahaan mebel di Jakarta.
Akan tetapi ketika pertama tiba
di Jepara, Budi belum mempunyai tujuan atau tempat yang jelas untuk di tuju.
Singkat cerita, dia bertemu dengan seseorang yang mau menolong memberikan
tempat tinggal sementara dan mencarikan pekerjaan di salah satu perusahaan
mebel di Jepara. Orang yang menolongnya ini, akhirnya sekarang menjadi salah
satu direktur di perusahaanya.
Perjuangan Budi tidak hanya
sampai disitu saja, karena sesuatu hal Budi harus meninggalkan pekerjaannya
itu. Kemudian ia berusaha mandiri. Usaha mandirinya adalah dengan membuka toko
mebel, tetapi tidak bertahan lama karena penjualan tidak begitu baik akhirnya
usaha tersebut ditinggalkannya.
Kemudian mulailah Budi bekerja di
perusahaan pengolahan kayu yang masih di wilayah Jepara. Karena integritasnya,
dia dipercaya dan disekolahkan oleh perusahaan sebagai pejabat pembuat Faktur
Kayu Olahan (FAKO),
Di sinilah dia semakin banyak
mengenal pengusaha dan perusahaan yang terkait dengan kayu olahan. Tetapi lepas
juga pekerjaan dari perusahaan pengolahan kayu tersebut. Budi mencoba bisnis
produk-produk kayu yang berorientasi ekspor.
"Di sini saya mulai bisnis
sendiri dari produk-produk kayu yang berorientasi ekpor tersebut. Saya juga
dipercaya mengurus dokumen-dokumen yang berkaitan dengan ekspor oleh
kolega-kolega saya", jelasnya.
Dari pengalaman mengurus
dokumen-dokumen ekspor ini Budi memulai bisnis jasa. Yaitu jasa pengurusan
dokumen-dokumen ekspor seperti, ekspor license, konsultan ekspor-impor dan
hal-hal yang lain terkait dengan ekspor impor. Hal ini yang menjadikan dirinya
dan perusahaanya semakin berkembang.
Dari usaha tersebut ada beberapa
perusahaan yang sudah didirikanya. Perusahaan-perusahaan tersebut yang sekarang
banyak digunakan untuk perusahaan ekspor lisensi di Jepara.
Ekspor hasil olahan kayu di
Jepara cukup besar peluangnya. Terbukti jika masa peak season (masa puncak)
ekspor di Jepara bisa mencapai 300 kontainer per bulan. Bahkan bisa lebih,
inilah peluang usaha yang dibidiknya.
Dari pengalaman dan peluang usaha
tersebut suami dari Erni Susanti (44) dan dua putri Choiru Annisa Cahyono dan
Gading Fatin Cahyono ini mendirikan perusahaan kargo atau EMKL (Ekspedisi
Muatan Kapal Laut). Perusahaan tersebut diberi nama Gading Express
International yang diambil dari nama depan putri bungsunya.
Gading Express International ini
cukup dikenal di kalangan eksportir Jepara. Hal ini karena integritas
layanannya kepada klien yang selalu memuaskan.
Perusahaan ini juga siap
memberikan konsultasi kepada eksportir maupun importir baik di Jepara maupun di
kota lain. Sehingga perusahaan ini bisa semakin berkembang harapnya.
Karena usaha dan bisnisnya
berkembang di Jepara. Budi Gading merasa mencintai dan memiliki Kota ukir ini,
meskipun dia tidak asli putra daerah.
"Saya sangat mencintai kota
ini. Biarpun bukan kota kelahiran saya, bahkan mungkin cinta saya, melebihi
cinta putera daerah ini sendiri. Ini akan saya buktikan dengan semua tindakan
dan kegiatan saya, yang akan saya dedikasikan untuk Jepara" ,ungkapnya
sungguh-sungguh..
Dia menceritakan akan
mempresentasikan beberapa program kepada Kementerian Koperasi dan Kementerian
Pertahanan.
Program-program ini, nanti akan
betdampak langsung dengan kemajuan Jepara. Selain itu juga akan mengajak
koleganya yang bukan putra daerah tetapi hidup dan berpenghasilan di kota ini,
untuk ikut memajukan Jepara.
"Kita hidup dan berusaha di
Jepara. Untuk semua orang yang sukses di kota ini. Saya harapkan memberi
sumbangsih dan dedikasikan diri anda untuk kota yang kita cintai ini"
harapnya.
Sementara itu ketika mengenang
masa masih susah , Budi bercerita. Setelah keluar dari pekerjaan di pabrik
pengolahan kayu. Pada saat itu belum mempunyai usaha tetap.
"Sempat saya tidak bisa
makan, waktu itu lauk hanya sayur kangkung untuk makan sehari-hari. Itu saya
makan dengan anak dan istri saya," cerita Budi trenyuh sambil membayangkan
masa lalunya.
Itu dahulu, tetapi sekarang sudah
ada rumah dan beberapa mobil pribadi. Dahulu rumah masih kontrak dan
pindah-pindah. "Dulu kangkung sekarang bisa makan ingkung" katanya
sambil tertawa. "Guyon mas" pungkasnya untuk tidak menyombongkan
diri. (saz)
Penulis: Doddy Handoko
Sumber artikel: https://nasional.okezone.com/read/2021/07/20/337/2443204/kisah-budi-gading-mantan-sopir-bus-yang-kini-jadi-pengusaha-eksportir-sukses?page=2
Komentar
Posting Komentar