Langsung ke konten utama

Sejarah SMKN 2 Jepara, Lahir Karena Banyaknya Pengrajin Ukir Yang Tidak Terampil


Info Peduli Jepara 

Latar belakang didirikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara adalah untuk mengembangkan keterampilan pengrajin kriya ukir kayu agar lebih terampil serta menguasai berbagai macam motif dan desain ukir. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar industri mebel ukir yang semakin meningkat baik dari segi kualitas dan kuantitas. Peningkatan keterampilan/skill melalui pendidikan formal tentu akan meningkatkan kualitas tenaga kerja industry mebel ukir. Dengan demikian mereka mampu menghadapi tantangan perkembangan industry yang dinamis seiring dengan berjalannya waktu. Sebelum adanya lembaga pendidikan formal untuk kriya ukir kayu, pembelajaran dilakukan dengan nyantrik. Nyantrik sebagai bentuk pendidikan nonformal belajar mengukir bersifat kekeluargaan.

Perajin senior mewariskan kemampuan yang dimilikinya kepada perajin junior. Sebaliknya perajin junior akan berusaha mewarisi kemampuan yang dimiliki oleh pengrajin senior yang membimbingnya. Dalam proses belajar mengukir ini pengrajin junior tidak dipungut biaya. Justru pengrajin junior diberi imbalan jasa sebagai motivasi agar lebih semangat dan giat dalam belajar mengukir. Namun nyantrik dipandang kurang tepat oleh kaum akademisi. Apalagi industri mebel ukir Jepara telah memasuki perubahan orientasi dari seni kerajinan menjadi industri kerajinan. Seharusnya, pembekalan skill mengukir perlu disertai pendidikan formal dan pelatihan yang mantap serta terstruktur dengan baik. Hal tersebut mendorong pemerintah Kabupaten Jepara merasa perlu menyelenggarakan pendidikan formal yang dapat meningkatkan keterampilan pengrajin seni ukir dan mebel Jepara.

Pemerintah Kabupaten Jepara kemudian mewujudkan keinginan tersebut dengan mendirikan sekolah kriya kayu tingkat menengah yang pertama pada tahun 1959. Sekolah kriya kayu tersebut adalah Sekolah Teknik Menengah Dekorasi Ukir yang beralamat di Jalan Katini No. 40 Jepara. Gedung Sekolah Teknik Menengah Dekorasi Ukir menjadi satu dengan Sekolah Kerajinan Negeri Jepara. Oleh sebab itu Sekolah Teknik Menengah Dekorasi Ukir harus berbagi ruang belajar mengajar dengan Sekolah Kerajinan Negeri Jepara. Kondisi tersebut lambat laun menyebabkan persoalan keterbatasan ruang belajar mengajar.

Persoalan keterbatasan ruang belajar mengajar kemudian dapat dipecahkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Santoso Hamidjojo. Prof. Dr. Santoso Hamidjojo menyarankan kepada kepala Sekolah Teknik Menengah Ukir untuk mengajukan permohonan tanah kepada bupati Jepara yang akan digunakan untuk pengembangan Sekolah Teknik Menengah jurusan Ornamen Ukir menjadi Sekolah Menengah Industri Kerajinan.

Permohonan tanah direalisasikan oleh Bupati Jepara Hisom Prasetyo S.H pada tahun 1979. Diperoleh tanah seluas 4,5 ha yang semula adalah areal pemakaman Cina. Kemudian ditahun berikutnya setelah diperoleh bantuan dana, pendirian SMIK Negeri Jepara baru dapat dimulai. Pembangunan dimulai pada tanggal 1 Agustus 1980 dengan ditandai prosesi peletakan batu pertama oleh Menteri Pendidikan Dr. Daud Yusuf.

Perkembangan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara / SMKN 2 Jepara Dalam Kurun Waktu 1980-2000

Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara merupakan sekolah kriya kayu tingkat menengah pertama yang didirikan di Jepara dan sekolah menengah industri kerajinan pertama di Jawa Tengah. Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara secara resmi berdiri pada tanggal 26 Mei 1979. Akan tetapi pembangunan sekolah baru dimulai pada bulan agustus 1980. Pendirian Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 09/0/1979. SK Pendirian Unit Pelaksanaan Teknis adalah perubahan/jenis. Hal tersebut disebabkan karena pendirian Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara merupakan pengubahan dari Sekolah Teknik Menengah Dekorasi Ukir.

Sejarah perkembangan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara / SMKN 2 Jepara dalam kurun waktu 1980-2000 terbagi menjadi dua periode. Periode pertama adalah perkembangan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara tahun 1980 – 1990. Pada periode ini Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara berfokus pada pembanguna gedung sekolah. Pembangunan gedung sekolah dilakukan secara bertahap di atas tanah seluas 4,5 ha. Pembangunan kelengkapan bangunan sekolah dinyatan benar-benar selesai pada tahun 1988 dengan total 44 ruangan yang telah berhasil dibangun. Diperkirakan benar- benar dinyatakan rampung, tertata rapi dan nyaman digunakan tahun 1990. Dengan kelengkapan bangunan yang selesai dibangun juga menyebabkan semakin banyak minat siswa yang bersekolah di Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara.

Periode kedua perkembangan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara adalah sekitar tahun 1990 hingga tahun 2000. Dalam kurun waktu tahun 1990 hingga 2000 bahkan dapat disebut sebagai periode masa kejayaan bagi Sekolah Menengah Inddustri Kerajinan Negeri Jepara. Keberadaannya sebagai sekolah kerajian pertama dan satu-satunya di Jawa Tengah membuatnya sering dikunjungi oleh banyak pejabat. Terlebih pada saat itu di Indonesia baru ada lima sekolah menengah kerajinan. Sekolah Menengan Industri Kerajinan Negeri Jepara menjadi salah satu dari kelima sekolah kerajinan tersebut. Banyak pejabat mulai dari kepala daerah, anggota DPR, menteri hingga duta besar sering melakukan kunjungan ke Sekolah Menengan Industri Kerajinan Negeri Jepara.

Para pengunjung seringkali dibuat kagum akan kerajinan ukir kayu yang dihasilkan oleh siswa Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara. Hal ini disebabkan kurikulum yang terapkan sekolah benar-benar dapat membuat siswanya menguasai keterampilan kriya kayu. Eksistensi Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara pada masa periode ini juga menarik minat masyarakat untuk mempelajari kriya ukir kayu. Siswa tidak hanya berasal dari Jepara saja, namun juga dari daerah lain seperti Kudus, Pati, Demak, Solo, Yogyakarta, Boyolali, Sragen, Klaten, Wonogiri, Pemalang hingga Pekanbaru. Tidak hanya bersal dari dalam negeri saja, ada bebrapa siswa juga berasal dari Malaysia. Masa kejayaan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara juga berlangsung seiring dengan terjadinya booming industri mebel ukir Jepara pada tahun 1997 hingga tahun 2000.

Peranan SMIK Negeri Jepara Terhadap Pengembangan Keterampilan Seni Ukir Jepara

Sebagai lembaga pendidikan, Sekolah Menengah Industri Kerajinan Jepara pada jurusan kriya kayu mendorong pengembangan keterampilan kriya ukir kayu masyarakat Jepara. Pengembangan keterampilan kriya ukir kayu terlihat pada peningkatan kemampuan atau skill kriya kayu yang dimiliki tenaga kerja pada industri mebel ukir di Jepara.

Skill atau keahlian kriya kayu yang dimiliki tenaga kerja tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan dibandingkan dengan tenaga kerja yang belajar secara nyantrik sangat berbeda. Hal paling mendasar yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah dari segi latar belakang keilmuan yang dimiliki. Dengan dasar ilmu yang telah dipelajari tentu juga berpengaruh pada teknik kriya kayu yang dikuasai. Dengan demikian tenaga kerja tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara bisa disebut lebih profesional.

Berbeda dengan tenaga kerja tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara, tenaga kerja otodidak lebih minim bekal keilmuannya. Sehingga tenaga kerja yang mempelajari kriya ukir kayu secara otodidak kurang menguasai teknik dengan baik dan benar. Meskipun dalam mempelajari kriya ukir kayu, baik melalui pendidikan formal maupun melalui nyantrik sama-sama membutuhkan waktu selama kurang lebih 4 tahun.

Ilmu yang diperoleh dari bangku sekolah diterima oleh siswa secara sistematis serta disesuaikan dengan kebutuhan serta perkembangan dunia kerja. Hal tersebut menyebabkan tenaga kerja tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara dapat menyerap ilmu yang dibutuhkan lebih maksimal. Ilmu yang dipelajari juga benar-benar dapat diterapkan dan dimanfaatkan pada saat terjun ke dunia kerka. Selain itu, dengan dasar ilmu yang telah dipelajari tentu juga berpengaruh pada teknik kriya kayu yang dikuasai. Secara garis besar terdapat enam dasar skill yang dikuasai tenaga kerja tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara, tetapi tidak dimiliki tenaga kerja todidak. Keenam dasar skill tersebut antara lain, kemampuan membaca skala gambar, pengetahuan tentang morfologi makhluk hidup dan ciri-ciri fisik ras manusia, pengetahuan tentang berbagai motif tradisonal Indonesia, pengetahuan tentang berbagai aturan pakem mengukir, pengetahuan tentang teknik konstruksi furniture, serta kemampuan membuat desain produk. Hal tersebut menjadikan tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara memiliki nilai lebih daripada tenaga kerja otodidak. Oleh sebab itu, dalam dunia kerja biasanya ditempatkan pada tenaga kerja kelas menengah. Sedangkan tenaga kerja otodidak akan menjadi tenaga kerja kasar di tingkat bawah atau dalam masyarakat Jepara biasa disebut dengan tukang.

Peranan Tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara Dalam Perkembangan Industri Mebel Ukir Jepara

Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara tumbuh seiring dengan perkembangan industri mebel ukir yang berlangsung di Jepara. Hal tersebut terjadi karena sekolah didirikan berdasarkan tersedianya potensi lapangan kerja dan dunia industri. Dengan demikian Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara memiliki hubungan timbal balik dengan industri mebel ukir Jepara.

Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan industri mebel ukir di Jepara. Selain itu, Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara juga membantu pelestarian seni ukir Jepara. Dapat ditarik kesimpilan bahwa Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara ikut serta menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan industri mebel Jepara. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peran tamatannya ketika memasuki dunia kerja. Dapat dipastikan bahwa para tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara mempunyai peranan ikut serta mengembangkan industri kerajinam kayu, terutama ukir kayunya.

Setidaknya terdapat tiga peran utama tamatan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri Jepara dalam perkembangan mebel ukir Jepara. Ketiga peranan tersebut yaitu memenuhuhi kebutuhan tenaga kerja terdidik bagi industri mebel ukir Jepara, pencetus inovasi produk baru serta menciptakan trend, dan yang ketiga adalah menjadi kader-kader wiraswastawan muda. 

Komentar