Menjelang magrib di Pesantren
Balekambang Jepara. Saya merasakan suatu getaran yang menentramkan saat
memasuki gerbangnya. Hampir selalu begitu setiap kali berkunjung ke pesantren.
Muncul suatu rasa nyaman yang nyandu. Saya pun berjalan pelan sambil melihat
sekeliling, lantas menghentikan langkah sewaktu melihat pemandangan menarik di
halaman.
Para santri mengantri makanan,
tak seberapa panjang antreannya, karena sebagian besar telah membawa piring
masing-masing dan duduk-duduk di halaman. Mereka makan bersama sebelum salat
magrib berjamaah. Saya hanya melihat sebagian dari 3.000 santri yang menetap di
pondok pesantren Balekambang. Bayangkan saja kalau 3.000 santri mengantre
makan, seperti ular naga panjangnya….
Ketika saya berkunjung pada akhir
tahun 2017, masih ada tiga rumah warga yang berada di dalam area pesantren,
tepatnya di tengah-tengah asrama santri yang lokasinya tidak jauh dari kediaman
pengasuh. Meski demikian, para santri tidak terganggu dengan keberadaan
rumah warga di tengah komplek pondok, begitu pula sebaliknya.
Lokasi sekolah formal MI, MTs,
SMP, dan SMK tidak mengelompok di satu komplek. Sebagian Gedung berada di luar
lokasi asrama, sehingga kita akan menjumpai mobil pengangkut santri yang
hilir-mudik dari asrama ke sekolah, jika berkunjung ke Balekambang. Seru juga.
Tradisi Klasik
Walaupun sudah modern, tradisi
pesantren klasik masih dipertahankan oleh pengasuh saat ini. Kita akan
menjumpai satu pemandangan yang mungkin terasa aneh bagi yang tidak terbiasa
melihat. Saat kiai atau keluarga kiai lewat, semua santri akan berhenti dan terdiam
seperti patung. Hal itu mereka lakukan sebagai bentuk ketawadhu’an dan
kepatuhan pada kiai.
Pada Bulan Desember 2017,
pesantren Balekambang menjadi tuan rumah perhelatan akbar Musabaqah Qiroatil
Kutub (MQK) tingkat Nasional ke-VI. MQK diikuti 35 kafilah dari 34 provinsi di
Indonesia ditambah kafilah Ponpes Balekambang. Ada 28 majelis. Terdiri dari 25
majelis untuk membaca dan memahami kitab kuning serta tiga majelis lainnya
berisi debat bahasa Arab dan bahasa Inggris serta ekshibisi. Kafilah pesantren
Balekambang sebagai juara Favorit.
Jepara Kota Tua
Jepara merupakan salah satu kota
tua di Jawa Tengah, terletak di wilayah utara pesisir jawa. Memiliki keragaman
budaya dan sejarah yang tak pernah lekang oleh waktu. Jepara juga dikenal
sebagai kota ukir, dimana kreatifitas masyarakatnya dikenal oleh dunia. Selain
ukir, ada kerajinan tenun ikat yang juga mendunia.
Jepara juga dikenal masyarakatnya
yang religius, hal ini dipengaruhi oleh keberadaan pelabuhan internasional
pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang telah mempunyai
kekuasaan ekonomi dan politik di samudera Pasai, Malaka dan Aceh. Letak
pelabuhan jepara sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang yang lebih besar,
yang belayar lewat pantai utara Jawa menuju Maluku dan kembali ke barat.
Religiusitas masyarakat Jepara
bisa dilihat dengan berkembang pesatnya Islam ditandai dengan banyaknya lembaga
pendidikan seperti pesantren dan madrasah. Keislaman masyarakat Jepara
dipengaruhi oleh kerajaan Islam Demak.
Belekambang sendiri merupakan
nama pedukuhan yang masuk wilayah administrasi Desa Gemiring Lor, Kecamatan
Nalumsari, Kebupaten Jepara. Letaknya berada di sebalah Barat Daya
pegunungan Muria. Berdasarkan hikayat masyarakat, Balekambang berasal dari kata
bale dan kambang yang artinya tempat tidur yang terapung. Tidak ada penjelasan
lebih lanjut mengenai alasan penamaan itu. Menurut cerita, Balekambang dulu
dikenal sebagai daerah bandit atau bajingan.
Sejarah Pesantren Balekambang
Sejarah berdirinya Pesantren
Balekambang merupakan hasil sentuhan kealiman KH. Hasbullah pada tahun 1884
dengan nama Pesantren Roudlotul Mubtadiin. Nama Roudlatul Mubtadiin diberikan
oleh KH. Hasbullah. Meski demikian masyarakat lebih mengenal dengan sebutan
Pesantren Balekambang.
Hasbullah adalah putra Mbah
Tasmin yang berasal dari kerajaan Mataram dan memiliki trah keturunan dari
kesultanan Demak. Setelah Hasbullah wafat, estafet kepemimpinan pesantren
Balekambang diteruskan oleh putranya, KH. Abdullah Hadziq, yang meninggal pada
tahun 1985. Selanjutnya, putra Hadziq, yakni KH. Ma’mun Abdullah,
meneruskannya.
Masa kepemimpinan KH. Hasbullah
sampai dengan KH. Abdullah Handziq adalah periode ketika metode pendidikan
klasik dengan materi ilmu keagamaan dan pengajian kitab sorogan (mengaji
dengan bertatap muka langsung perseorangan dengan kiai) menjadi metode
pembelajaran utama di pesantren Balekambang. Pengaruh Pesantren Balekambang
meluas, sampai di luar Jepara. Setelah itu, pesantren Balekambang pun
mulai mengembangkan sistem pendidikan madrasah.
Di bawah asuhan KH. Ma’mun,
Pesantren Balekambang mengalami perkembangan pesat. dengan mulai mengadopsi
sistem pendidikan modern. Tahun 2003 Pesantren Balekambang membuka Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Elektronika. Tahun 2004 dikembangkan program
keahlian di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK berasrama) dengan progam keahlian
elektronika (audio video), tata busana, mekanik otomotif, ICT.
Dua jurusan dibuka lagi pada
2007, yaitu Mekanik dan Tata Busana. Pada tahun 2010 Pesantren
Balekambang membuka SMK jurusan Teknik komputer dan jaringan serta pada tahun
2013, SMK membuka jurusan Animasi dan Tata Busana. Tidak ada hambatan berarti
bagi pesantren ini untuk memadukan pengajaran klasik keagamaan dengan kitab dan
pengajaran modern dengan bidang ilmu umum. Semuanya berjalan mulus.
Pesantren Belekambang juga
megembangkan madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah salafiyah,
program tahfidz (hafalan) Alquran, dan ma’had aly (tingkat tertinggi
pengajaran ilmu agama). Pada tahun 2013 pesantren Balekambang juga
mengembangkan Akademi Komunitas Balekambang (AKB).
AKB menjadi akademi komunitas
pertama yang berlokasi di pondok pesantren sekaligus akademi perdana di
Indonesia yang mendapatkan izin operasional dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. AKB diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nu pada 2014.
Sejalan dengan dibukanya SMK dan
AKB, banyak kelebihan yang ditawarkan oleh pesantren balekambang, salah satunya
adalah merakit laptop/notebook. Inilah program unggulan di pesantren
balekambang.
Sebagai pesantren tua yang
mengalami metamorfosa, pesantren Balekambangan berubah menjadi lembaga yang
cukup mendapat perhatian dari masyarakat baik masyarakat sekitar Jepara maupun
masyarakat di luar Jepara. Pengaruhnya pun semakin luas, santrinya datang dari
berbagai wilayah di Indonesia bahkan ada yang dari luar negeri.
Sekitar 3.000 santri
diasuh oleh 52 asatidz/asatidzah. Sebagai lembaga pendidikan agama,
misi utama Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadi’in ini sudah tentu adalah sebagai
lembaga tafaqquh fiddin yaitu mencetak ahli agama dalam hal penguatan
teoritis dan pengamalanya.
Pada tahun 2017, Ma’had Aly
Pesantren Balekambang mendapat Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia No 3844 tahun 2017
tentang izin pendirian ma’had aly pada pondok pesantren.
Masyarakat Jepara meyakini bahwa
pesantren Balekambang merupakan pesantren induk di Jepara. Mereka juga
mempercayai bahwa warga yang ingin menimba ilmu di luar Jepara harus lebih dulu
“mencicipi” pesantren Balekambang meski hanya sebentar agar mendapatkan bekal
ilmu kebatinan.
Oh ya, satu lagi. Semua peserta
didik atau santri wajib tinggal di asrama atau mondok. Pesantren Balekambang
tidak mengenal santri “kalong” atau santri kampung yang ikut mengaji tapi tidak
tinggal di asrama. Kebijakan ini semata-mata untuk mengoptimalkan kegiatan
belajar mengajar santri.
Penulis: Baidul Hadi
Sumber Artikel: alif id
Komentar
Posting Komentar