Langsung ke konten utama

Legenda Seni Ukir Jepara

 

Info Peduli Jepara

Seperti halnya mimpi, menurut pandangan para ahli mitos, legenda, dan atau dongeng adalah perwujudan dari unconscious wishes, atau keinginan-keinginan yang tidak disadari yang sedikit banyak tidak konsisten atau tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari. Namun demikian dalam pandangan teori komunikasi, cerita cerita tersebut kaya akan pesan. Walaupun si pengirim pesan di situ tidak jelas, dapat diduga bahwa pengirimnya adalah nenek moyang dan penerimanya adalah masyarakat generasi sekarang. Atas dasar pandangan inilah orang sampai sekarang masih selalu berusaha mencari dan menggali pesan- pesan yang dianggap ada di balik legenda itu.

Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya dihubungkan dengan tokoh sejarah dan dilengkapi dengan keajaiban, kesaktian, serta keistimewaan tokohnya. Kata legenda sendiri itu berasal dari Bahasa Latin “legere”. Menurut para ahli, legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi (Danandjaja, 2002:66). Masyarakat yakin bahwa legenda bukan khayalan, tetapi benar-benar pernah terjadi pada masa-masa silam. Selain dianggap sebagai cerita yang benar-benar pernah terjadi, ada beberapa ciri khas, antara lain bersifat keduniawian dan menceritakan seorang tokoh pada zaman dahulu. Biasanya legenda selalu diawali dengan kalimat pembuka

...”alkisah pada zaman dahulu kala” dan lainnya. 

Pada zaman dahulu kala ada seorang pengukir dan pelukis dari Kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Waktu itu masa pemerintahan raja Brawijaya. Pengukir itu bernama Prabangkara disebut juga Joko Sungging. Lukisan dan ukiran Prabangkara sudah sangat terkenal di seluruh negeri. Suatu ketika Raja Brawijaya ingin memiliki lukisan istrinya dalam keadaan telanjang tanpa busana sebagai wujud rasa cinta sang raja. OIeh karena itu, Prabangkara dipanggil untuk mewujudkan keinginan sang Raja. Hal ini tentu merupakan hal yang sulit bagi Prabangkara, karena meskipun mengenal wajah sang istri raja, tapi dia tidak pernah meilhat istri raja tanpa busana. Dengan usaha keras dan imajinasinya, akhirnya Prabangkara berhasil mengerjakan lukisan tersebut. Ketika Prabangkara sedang istirahat, tiba-tiba saja ada seekor cicak buang kotoran dan mengenai lukisan permaisuri tersebut. Kotoran cecak tersebut mengering dan menjadi bentuk seperti tahi lalat. Raja tentu sangat gembira dengan hasil karya Prabangkara tersebut. Sebuah lukisan yang sempurna, persis seperti aslinya. 

Mengapa masyarakat Jepara memiliki keahlian memahat ukiran? Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang seniman hebat yang bernama Ki Sungging Adi Luwih. Dia tinggal di sebuah kerajaan. Keahlian seniman ini terkenal di mana-mana sampai sang raja pun akhirnya mengetahuinya. Singkat cerita pada suatu hari raja bermaksud memesan gambar untuk permaisurinya kepadanya. Ki Sungging menyetujuinya dan dimulailah pekerjaan itu. Siang dan malam pemahat itu nyaris tanpa mengenal lelah terus bekerja. 

Ketika patung sudah selesai dibuat, Joko Sungging diantar patih menghadap raja untuk menyampaikan hasil pekerjaannya. Sang raja mengamati patung tersebut dengan teliti. Begitu dia melihat tahi lalat, raja murka. Dia menuduh Prabangkara melihat langsung permaisuri tanpa busana. Karena lokasi tahi lalat persis seperti kenyataan. 

Semula, sang raja sangat keheran-heranan, “Mengapa begitu persis dengan bentuk aslinya?”. Namun setelah mengamati secara seksama terutama pada bagian tengahnya didapati tahi lalat yang persis dengan milik istrinya. Sang raja mulai muncul curiga, lalu menuduh menuduh isterinya pernah berselingkuh dengan Ki Sungging. Maka diperitahlah patihnya mengikat tubuh Joko Sungging untuk kemudian dimasukkan penjara. Raja Brawijaya pun cemburu dan menghukum pelukis Prabangkara dengan mengikatnya di layang- layang, kemudian menerbangkannya. Layang-layang itu terbang hingga ke Belakang Gunung di Jepara dan mendarat di Belakang Gunung itu. Belakang Gunung itu kini bernama Mulyoharjo di Jepara. Kemudian Prabangkara mengajarkan ilmu mengukir kepada warga Jepara pada waktu itu dan kemahiran ukir warga Jepara bertahan dan lestari hingga sekarang. 

Sebagaimana pandangan para ahli antropologi pada umumnya, mitos tidak perlu dipertentangkan dengan sejarah, karena perbedaan konsepnya. Maksudnya adalah, apa yang sudah dianggap oleh suatu kelompok masyarakat sebagai fakta sejarah, bisa saja dianggap sebagai dongeng yang tidak harus diyakini kebenarannya oleh masyarakat lain. Legenda menurut Levi-Strauss tidak lain adalah dongeng yang lahir dari imajinasi manusia (Ahimsa, 2001: 77). 

Penulis : Adhipramana

Komentar